Tinjauan Independen Bencana Stadion Kanjuruhan, yang mengakibatkan 132 orang kehilangan nyawamengklaim pemangku kepentingan liga tidak profesional dan tidak memahami tugasnya.
Laporan tersebut, yang dirilis pada hari Jumat setelah tragedi 1 Oktober, mengatakan beberapa peraturan dan standar diabaikan dan tanggung jawab berpindah dari satu pihak ke pihak lain selama beberapa tahun.
Laporan tersebut disampaikan Tim Gabungan Pencari Fakta Independen (TGIPF) kepada Presiden RI Joko Widodo setelah 132 orang tewas, 96 orang luka berat, dan 484 orang luka sedang dalam pertandingan Arema kontra Persebaya.
Kepolisian Nasional di Indonesia telah menurunkan sejumlah pejabat sejak bencana tersebut, sementara TGIPF mengatakan polisi dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) menggunakan tindakan berlebihan seperti menembakkan gas air mata ke arah penonton di luar perintah mereka.
Manajer stadion juga dikritik karena tidak memastikan semua pintu terbuka bagi para penggemar untuk meninggalkan stadion bila diperlukan.
TGIPF meminta polisi melakukan penyelidikan lanjutan terhadap suporter yang melakukan provokasi dengan memasuki lapangan, melemparkan suar, menghancurkan mobil di dalam stadion, dan membakar mobil di luar stadion.
Laporan tersebut menyimpulkan dengan mengatakan bahwa liga memerlukan lebih banyak transparansi dan akuntabilitas sementara staf terkait memerlukan pelatihan.
LEBIH DALAM
Anak-anak pergi ke pertandingan sepak bola dan tidak pulang. Kisah Tragedi Stadion Kanjuruhan
Presiden Widodo pun memerintahkan seluruh Kapolri untuk menemuinya usai tragedi tersebut.
Mahfud MD, Ketua TGIPF, mengatakan: “Baru pada pukul 13.30, kami dari TGIPF berada di tragedi pertandingan sepak bola di Malang dan menyampaikan laporan secara lengkap secara independen sebagai laporan.
Nantinya, hasil laporan tersebut akan diolah oleh Presiden untuk kebijakan olahraga nasional dengan melibatkan pemangku kepentingan secara alami, sesuai peraturan perundang-undangan.
Suporter Arema menyerbu lapangan setelah peluit akhir pertandingan dibunyikan di Malang, Jawa Timur, sehingga aparat kepolisian menembakkan gas air mata sebagai balasannya.
Ribuan suporter yang panik berlarian menuju pintu keluar Stadion Kanjuruhan, namun banyak pula yang meninggal saat keluar karena sesak napas.
Pendukung Persebaya Surabaya, tim tandang, dilarang membeli tiket pertandingan, sementara Mahfud MD, menteri keamanan Indonesia, mengklaim 42.000 tiket telah terjual meskipun stadion berkapasitas 38.000 orang.
LEBIH DALAM
Bencana Stadion Kanjuruhan: ‘Kami hanya ingin keadilan bagi para korban’
(Foto: Getty Images)