PARIS – Penyelidik Perancis mendakwa Renault melakukan kecurangan dalam hal emisi akibat skandal diesel yang muncul ketika Volkswagen mengakui kecurangan dalam tes hampir enam tahun lalu.
Renault harus memberikan jaminan sebesar 20 juta euro ($24 juta) dan memberikan jaminan bank sebesar 60 juta euro untuk menutupi kemungkinan kerusakan, denda dan kompensasi kerugian, kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan pada Selasa.
Renault membantah melakukan kesalahan.
Dikatakan bahwa kendaraannya “tidak dilengkapi dengan perangkat lunak apa pun untuk perangkat pengendalian polusi,” dan menambahkan bahwa kendaraan tersebut “selalu mematuhi peraturan Prancis dan Eropa.”
Tuduhan tersebut berasal dari penyelidikan yudisial yang dibuka pada awal tahun 2017, beberapa hari setelah VW menyelesaikan tuntutan pidana dan perdata dengan AS. VW mengaku bersalah melakukan konspirasi untuk menipu pemerintah dan menghalangi keadilan.
Renault mengatakan, tidak seperti VW, mereka tidak menggunakan perangkat ilegal untuk memicu pengendalian emisi di laboratorium dan memungkinkan lebih banyak polusi di dunia nyata.
“Renault tidak menipu siapa pun,” kata Gilles Le Borgne, kepala teknik, saat dihubungi wartawan. “Apa yang kami ketahui dari kasus VW sama sekali tidak sama dengan kasus Renault. Kami tidak memiliki perangkat penghancur di mobil kami dan tidak pernah memilikinya.”
Tuduhan bahwa Renault menggunakan perangkat untuk mendeteksi uji emisi adalah “salah dan tidak dapat dipahami,” kata Le Borgne, yang bergabung dengan Renault tahun lalu setelah bekerja untuk saingannya PSA Group selama 30 tahun.
Mesin yang dimaksud dalam penyelidikan berada pada kendaraan dari tahun 2009 hingga 2011 dan 2013 hingga 2017, meskipun cakupan penyelidikan penuh masih ditentukan, katanya.
Le Borgne mengatakan, teknologi anti polusi yang dikenal dengan “NOx trap” yang digunakan pada mobil saat itu memiliki keterbatasan, dan hanya bekerja maksimal pada kecepatan rendah.
“Keterbatasan sistem anti-polusi ini terkait dengan keselamatan pelanggan kami dan teknologi serta teknologi mereka sendiri kimiafisika pembatasan,” katanya.
Seorang pejabat di kantor kejaksaan Paris membenarkan bahwa Renault telah didakwa melakukan penipuan yang melibatkan produk yang dapat membahayakan manusia atau hewan.
Selain penyelidikan terhadap Renault, penyelidik Prancis juga melakukan penyelidikan terhadap VW, PSA Group, dan Fiat Chrysler. PSA dan FCA bergabung awal tahun ini untuk membentuk Stellantis.
Di Prancis, hakim investigasi dapat menuntut perusahaan atau individu jika terdapat petunjuk yang “serius dan konsisten” yang menunjukkan kemungkinan keterlibatan. Mereka kemudian dapat memutuskan apakah akan merujuk suatu kasus ke pengadilan, namun tidak terlibat setelah tahap tersebut.
Reuters berkontribusi pada laporan ini